Halaqah 95: Hukum Mencaci Maki Para Sahabat Radhiyallohu Anhum Jamian (Bagian 2)

Halaqah yang ke-95 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang hukum mencaci maki para sahabat bagian 2.

Para Shahabat radhiallahu ta’ala anhum adalah manusia, mereka melakukan dosa sebagaimana yang lain melakukan

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ


Setiap anak Adam sering melakukan kesalahanm

Termasuk diantaranya para shahabat namun bagaimana sikap kita terhadap kesalahan yang dilakukan oleh para shahabat,

Pertama perlu diketahui bahwasanya di sana banyak riwayat-riwayat yang dusta yang berkaitan dengan kekurangan dan kesalahan para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab mereka membuat riwayat-riwayat yang palsu tentang para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam .

Kemudian yang kedua seandainya itu adalah benar kejadiannya tapi sudah ditambah dan dikurangi oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan ini banyak sebagaimana yang disebutkannya oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Kemudian yang ketiga seandainya itu adalah benar dilakukan kesalahan tadi dilakukan oleh seorang shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallamz para ulama menjelaskan bahwasanya mungkin beliau berijtihad ini adalah bagian dari ijtihad beliau dan para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling pantas menyandang derajat ijtihad dan orang yang berijtihad seandainya dia salah maka dia tetap mendapatkan pahala yaitu mendapatkan satu pahala, dan seandainya itu bukan ijtihad dan itu adalah murni ke sana dan itu bukan jadi ijtihad ketahuilah bahwasanya kebaikan yang dimiliki oleh para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah sangat-sangat banyak, pahala berjihad, pahala berinfaq dan tadi sudah disebutkan dalam hadits perbandingannya seandainya ada salah seorang di antara kita berinfak dengan emas sebesar gunung uhud ini pahalanya adalah sangat besar, berinfaq dengan satu kilo emas saja seandainya seseorang ikhlas pahalanya sangat besar lalu bagaimana dengan berinfak sebesar gunung Uhud, betapa besarnya pahala yang didapatkan tapi ternyata itu tidak sebanding dan tidak bisa menyamai infaq 1 mud yang dikeluarkan oleh salah seorang shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bagaimana seandainya ada di antara mereka yang berinfak seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Abu Bakar Ash Shidiq yang mereka menginfakkan hartanya yang sangat banyak di jalan Allah.

Seandainya mereka terjerumus kedalam kesalahan maka kebaikan mereka dan pahala yang mereka dapatkan jauh lebih besar, kemudian para shahabat radiallahu ta’ala anhum seandainya mereka melakukan kesalahan segera mereka bertobat kepada Allah, Seperti kisah Mais yang berzina Kemudian datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan bertaubat atau menimpa mereka musibah yang dengannya Allah subhanahu wa ta’ala menghilangkan dosa-dosa sampai dan mereka para Shaahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang tentunya paling pantas untuk mendapatkan syafaat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam karena mereka adalah para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang menemani beliau seandainya mereka berbuat salah mereka paling pantas mendapatkan Syafaat dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Jadi enggak boleh ada di dalam hati seseorang ghill/kebencian kepada para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

[QS. Al-Hasyr (59): 10]

Orang-orang yang datang setelah para shahabat mereka mengatakan mendoakan wahai Rabb kami ampunilah dosa kami dan dosa orang-orang yang mendahului kami (yaitu para shahabat) dan janganlah kau jadikan di dalam hati kami ghill kebencian, hasad kepada orang-orang yang beriman.

Ini menunjukkan bahwasanya seorang muslim seorang sunny tidak boleh di dalam hatinya ada kebencian terhadap shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahkan yang harus ada adalah kecintaan kepada mereka harta yang terhalang sampai dia mendoakan dengan Rahmah mengatakan rahimahullah atau mengatakan radhiyallahu anhu Semoga Allah meridhai mereka ketika disebutkan nama shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam , maka kebiasaan > Ushulu Sunnah 4: para ulama kebiasaan ahlussunnah mereka mendoakan dan mengatakan radhiyallahu anhu karena Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan dalam Alquran ketika menyebutkan Muhajirin dan Anshar

رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ


Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah.

Sebagian ahlu bid’ah berat bagi mereka untuk mengucapkan radiyallahu anhum

فَيَقْتُلُهُ بِبَابِ لُـدٍّ


Dan jadilah hatinya bersih terhadap para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, jadi hatinya bersih tidak ada kebencian lisannya mengucapkan dengan ucapan yang baik mendoakan mengatakan radhiyallahu anhu kemudian juga tidak mengucapkan kecuali kebaikan tentang para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memuji mereka dan hatinya juga dalam keadaan bersih tidak ada sedikitpun kebencian terhadap para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam baik kepada Muawiyah, Ali bin Abi Thalib kepada Fatimah, kepada istri² Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahkan yang berdosa diantara mereka pun tidak ada hati seorang muslim/sunny kebencian dan hasad dendam kepada para Shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url