Halaqah 98: Kemunafikan adalah Kekufuran (Bagian 3)
Halaqah yang ke-98 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang kemunafikan adalah kekufuran bagian 3.
Beliau mengatakan,
Dan yang semisalnya adalah ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mencela seorang muslim adalah kefasikan dan memerangi mereka adalah kekufuran.
Ini juga kita sampaikan tanpa kita jelaskan terperinci supaya orang takut, ya dalam menumpahkan darah seorang muslim.
Dan yang semisalnya adalah ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya wahai kafir itu mengkafirkan saudara maka kekafiran tersebut akan kembali kepada salah seorang diantara keduanya.
Kita sampaikan jangan kita tafsirkan supaya orang takut bermudah²an mengkafirkan saudaranya karena ada dua kemungkinan mungkin kembali kepada saudaranya mungkin kekafiran yang tadi kembali kepada diri ini orang memahami hadits ini demikian.
Karena para ulama menjelaskan maksud ucapan beliau
Kembali kepada salah seorang di antara keduanya maksudnya kalau orang yang dikafirkan tadi memang benar-benar kafir ya kekufuran kembali kepada orang tadi tapi seandainya salah maka orang yang menuduh kafir tadi dia telah melakukan dosa besar karena menuduh dan mengeluarkan saudara se-islam dari keislamannya ini melakukan dosa yang besar tapi tidak sampai mengeluarkan dia dari keislamannya.
Dan yang semisalnya adalah ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebuah kekufuran kepada Allah orang yang berlepas diri dari sebuah nasab.
Maksudnya adalah dia mengingkari nasab padahal dia memang berasal dari kabilah tadi, tapi dia mengingkari maka ini adalah kufur Billah ini adalah kekufuran kepada Allah dan Maksudnya di sini adalah kekufuran yang kecil tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama Islam وَإِن دق meskipun itu adalah sesuatu yang remeh atau kecil tapi dia mengingkari nasab sehingga me-nisbahkan seseorang bukan kepada nasabnya yang benar makanya ini adalah sebuah kekufuran dan kekufuran Di sini masih ada kekufuran yang kecil bukan yang besar.
Ini hadits-hadits yang seperti ini
Hadits-hadits yang seperti ini yang telah shahih dan telah dihafal maka seperti tadi menurut Al Imam Ahmad bin hambal ini adalah untuk supaya peringatan yang keras sehingga kita riwayatkan sebagaimana datangnya tanpa kita tafsirkan tanpa kita jelaskan lebih gamblang supaya manusia takut sehingga mereka tidak bermudahan dalam dosa-dosa tadi
Maka sesungguhnya kita menyerahkan ini berserah diri terhadap seluruh apa yang datang dari Allah dan juga RasulNya.
Meskipun kita tidak mengetahui tafsir.
Jadi orang² awal dan kaum muslimin secara umum tentunya ya mereka diharuskan dan kita semuanya diharuskan untuk menerima apa yang datang dari Allah dan juga RasulNya meskipun terkadang kita tidak mengetahui perinciannya meskipun kita tidak mengetahui maknanya karena keterbatasan ilmu yang kita miliki jelas amanna billah kita beriman kepada Allah amanna kita beriman semuanya adalah berasal dari Allah subhanahu wata'ala terkadang ada ayat dan hadist yang kita pahami dengan baik ada di sana dalil yang kita tidak pahami dengan baik maka seorang muslim dan muslimah dituntut untuk beriman dengan semuanya Jangan sampai karena dia tidak paham belum masuk di dalam akalnya kemudian dia tolak dan tadi dan dia mendahulukan akalnya.
Dan jangan kita berbicara kalau memang kita belum paham
Jangan engkau mengikuti sesuatu yang engkau tidak punya ilmu hati² berbicara tanpa ilmu kalau memang itu shahih kita imani kalau kita belum paham Maka jangan kita berbicara atau berkomentar kita katakan bahwasanya Allah subhanahu wata'ala Dialah yang lebih mengetahui yang kita beriman terhadap Allah subhanahu wata'ala
Dan jangan kita berjidal / berdebat didalam masalah tersebut.
Dan janganlah kita menafsirkan hadits² ini.
Kecuali seperti datangnya
Jangan kita menolaknya kecuali dengan apa yang lebih benar daripadanya.
Itu kalau memang di sana ada hadits yang lebih shahih atau di sana ada ilmu yang kita ketahui yang berkaitan dengan menjamak hadits menundukkan satu hadits dengan satu hadits yang lain maka kita menjamak kalau bisa menjamak maka kita menjama kalau tidak bisa menjama maka mentarjih kita menguatkan salah satu diantara keduanya sesuai dengan ilmu yang kita miliki jadi seseorang ketika dia tidak memahami sebuah dalil maka jangan sampai itu menjadikan dia kemudian menolak dalil tersebut dan kalau dia tidak tahu maka jangan dia berbicara apalagi berdebat hendaknya dia bertanya kepada orang yang ahli
Hendaklah kalian bertanya kepada ulama apabila kalian tidak mengetahui.
Kita sampaikan hadits tersebut kita imani hadits tersebut dan tidak boleh kita menafsirkannya kecuali sesuai dengan datang dan tidak boleh kita menolaknya kecuali memang dengan seperti yang tadi kita sebutkan mungkin kita mentarjih menguatkan sebagian hadits di atas sebagian hadits yang lain.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]
