Halaqah 96: Pembahasan Dalil Kesepuluh Hadits Hudzaifah Ibnu Yaman Bagian 2

Halaqah 96: Pembahasan Dalil Kesepuluh Hadits Hudzaifah Ibnu Yaman Bagian 2
Halaqah yang ke-96 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.

Orang yang hanya mempelajari kebaikan saja tapi dia tidak mempelajari kejelekan dikawatirkan, dan tidak bisa kita pastikan mungkin saja dia selamat, tapi dikhawatirkan ketika terjadi kejelekan dia tidak bisa membedakan antara kejelekan dengan kebaikan sehingga dengan mudah dia terjerumus ke dalam kejelekan.

Sehingga disebutkan oleh sebagian

عَرَفْتُ الشّرَّ لا لِلشّرِّ

Aku mengetahui kejelekan itu bukan untuk kejelekan tersebut maksudnya bukan untuk mengamalkan kejelekan tersebut

ولَكِنْ لِتَوَقّيهِ

Akan tetapi untuk menjaga diriku dari kejelekan tadi

ومَن لا يعرِفُ الشّرَّمنَ الناسِ يقعْ فيهِ

Barangsiapa yang tidak mengetahui yang jelek maka dia akan terjerumus ke dalam kejelekan tersebut, maksudnya adalah dikhawatirkan orang yang berjalan di sebuah jalan dan dia tidak mengetahui bahwasanya di situ ada lubang yang besar yang membahayakan dikawatirkan ketika orang berjalan di jalan tadi, dia akan terjerumus ke dalam lubang tadi. Tapi kalau orang yang bertanya dan diberitahu, pak kira-kira di jalan ini ada yang membahayakan tidak? Oh iya ada di sana dekat belokan misalnya, maka dia akan berhati-hati.

Inilah yang dimaksud oleh Hudzaifah. Kemudian pertanyaan beliau

فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ

Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, wahai Rasulullah ﷺ

إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ

Wahai Rasulullah ﷺ, dahulu kami berada di dalam jahiliyah dan juga kejelekan.

Di alam jahiliyah, alam kebodohan, bodoh dengan sebodoh-bodohnya, menyembah selain Allāh ﷻ, berdusta atas nama Allāh ﷻ merubah millahnya Ibrahim, menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allāh ﷻ atau mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allāh ﷻ, terjerumus ke dalam berbagai kemaksiatan, ini ada semuanya di zaman jahiliyah, riba, judi, khamr, zina.

Dalam keadaan kami جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ kami dalam keadaan bodoh dan dalam kejelekan, شَر di sini masuk di dalamnya kesyirikan, kebid’ahan, kemaksiatan terkumpul semuanya di dalam jahiliyah

فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الخَيْرِ

Kemudian akhirnya Allāh ﷻ datang kepada kami dengan kebaikan ini, yang dimaksud dengan خَيْر di sini adalah Al-Islam yang dengannya mereka keluar dari jahiliyah dengan segala jenisnya, maka tentunya adalah kenikmatan tersendiri bagi mereka, merasakan terang benderang di dalam hidupnya, ketenangan di dalam hidupnya, ketenangan yang tidak pernah mereka rasakan ketika mereka dahulu di masa jahiliyah.

Apakah setelah kebaikan ini wahai Rasulullah ﷺ

فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟

Apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan lagi yaitu akan datang jahiliyah seperti dulu lagi atau tidak

قَالَ: نَعَمْ

Beliau ﷺ mengatakan iya, ada kejelekan. Kapan ini? ketika terjadinya fitnah, dibunuhnya Utsman رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ.

Di masa Nabi ﷺ jelas ini adalah خَيْر, dimasa Abu Bakr kemudian di masa Umar bin Khattab kemudian di masa Utsman, dan setelah dibunuhnya Utsman رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ maka datanglah شَرّ datanglah kejelekan, قَالَ: نَعَمْ maka Nabi ﷺ mengatakan iya ada شَرّ, kelak ada fitnah nanti

قُلْتُ: وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ

Apakah setelah kejelekan ini, setelah fitnah ini akan ada kebaikan lagi? Beliau ﷺ mengatakan

قَالَ: نَعَمْ

Iya ada kebaikan lagi

وَفِيهِ دَخَنٌ

Tetapi di sana ada دَخَنٌ, jadi ada kotorannya tidak murni seperti ketika di zaman Nabi ﷺ, zaman Abu Bakr, zaman Umar itu masih dalam keadaan kebaikannya dalam keadaan murni, belum ada orang-orang yang membuat bid’ah di dalam agama setelah شَرّ tadi ada خَيْر tapi di dalamnya ada دَخَنٌ ada kotorannya. Mereka mengaku memeluk agama Islam tetapi bukan lagi murni seperti di zaman Rasulullah ﷺ, Abu Bakr dan Umar

قُلْتُ

Hudzaifah bertanya lagi kepada Nabi ﷺ

وَمَا دَخَنُهُ؟

Apakah kotoran tersebut yang menyelinap, menyelip di dalam kebaikan tadi

قَالَ: «قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي

Yang menjadikan دَخَنٌ, yang menjadikan kotor, yang mengotori kebaikan tadi adalah sebuah kaum yang mereka tidak melakukan sunnah Nabi ﷺ, mengamalkan tetapi bukan dengan sunnahnya Nabi ﷺ kalau bukan dengan dengan sunnahnya Nabi ﷺ berarti melakukan bid’ah. Inilah yang mengotori, inilah yang menyelinap di dalam kebaikan tadi, muslim tapi dia masih mencari jahiliyah padahal dia sudah muslim, ini disifati oleh Nabi ﷺ dengan دَخَن, inilah yang mengotori, inilah yang menjadikan kebaikan tadi menjadi terkena, terkontaminasi, terkotori, yaitu dengan sebab adanya kaum yang mereka mengamalkan bukan sesuai dengan sunnah Nabi ﷺ

ويَهْتدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي

Kalau يَهْتدُونَ kurang lebih makna sama dengan () yaitu mengambil petunjuk bukan dengan petunjuk Nabi ﷺ, mengamalkan bukan dengan amalan Nabi ﷺ dan mengambil petunjuk bukan dengan petunjuk Nabi ﷺ tapi kalau يَهْدُونَ maksudnya adalah kalau dia menjadi orang yang memberikan petunjuk, berdakwah, mengajari orang, maka dia mengajari bukan dengan petunjuk Nabi ﷺ.
Jadi ketika dia mengamalkan, kaum ini ketika mengamalkan bukan dengan sunnah Nabi ﷺ, ketika dia mendakwahi bukan mendakwahi dengan petunjuk Nabi ﷺ tapi mengajak manusia kepada sesuatu yang baru.

Didalam shahih Bukhari قَوْمٌ يَهْدُونَ, didalam shahih Muslim juga demikian يَهْدُونَ, dan ada di sebagian lafadz يَهْتدُونَ, jadi dua-duanya ada dan maknanya kalau يَهْدُونَ berarti ketika dia berdakwah memberikan penerangan kepada orang lain, memberikan penerangan tapi bukan dengan petunjuk Rasulullah ﷺ artinya mengajak manusia, memberikan petunjuk kepada mereka dengan kebid’ahan bukan dengan petunjuk Nabi ﷺ

تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ

Engkau mengenal dari mereka dan engkau mengingkari, artinya ada amalan yang mereka lakukan ada yang ma’ruf, kalian mengenalnya karena ini sesuai dengan agama Islam, shalat mungkin, ketika bulan romadhon mereka berpuasa, mereka berhaji dan seterusnya

وَتُنْكِرُ

Tetapi ada amalan mereka yang mungkar. Ada yang ta’rif karena sesuai dengan Islam ada yang mungkar karena tidak sesuai dengan Islam tidak sesuai dengan contoh Nabi ﷺ.

Di sini menunjukkan bahwasanya bid’ah ini adalah perkara yang jelek, Nabi ﷺ mensifati bid’ah ini adalah dengan دَخَن, sesuatu yang mengotori, sesuatu yang kotor dan mengotori Islam dan dia adalah sesuatu yang mungkar, berarti mereka adalah muslim dan ini adalah خَيْر mereka menjadi seorang muslim dan ini adalah خَيْر tetapi sayang keislaman mereka, mereka kotori dengan bid’ah.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url