Halaqah 22: Qa’idah Yang Ketiga Bagian 4

ودليل الأشجار والأحجار

Dan Dalil disana ada yang menyembah pohon demikian pula batu adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla

قوله تعالى: أَفَرَأَيْتُمْ اللَّاتَ وَالْعُزَّى(19)وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى?
[النجم:19-20].

“apa pendapat kalian tentang Al Lata, ‘Uza & juga Al Mana”

Ini Adalah tiga diantara sesembahan-sesembahan orang-orang musyrikin quraisy,
⑴ Al Lata
⑵’ Uza
⑶ Mana

Siapa Al Lata :
⑴ Lata ini adalah orang yang shaleh yang dahulu diantara amal shalehnya adalah memberi makan orang-orang yang sedang berhaji, ketika dia meninggal dunia maka di agung² kan oleh orang-orang musyrikin quraisy,

⑵ Adapun ‘Uza
Maka ini bentuknya adalah sebuah pohon, sebuah pohon yang besar yang di agung²kan oleh orang-orang quraisy.

⑶ Mana
Sebuah Batu besar

Menunjukkan bahwasanya disana ada yang meng agungkan pohon demikian pula batu, ada diantara orang-orang musyrikin yang menyembah orang shaleh, dan ada diantara mereka yang menyembah batu & ada diantara mereka yang menyembah pohon.

وحديث أبي واقدٍ الليثي – رضي الله عنه –

Dan diantara dalilnya adalah Hadits Abu Waqid Al Laitsy radiallahu anhu, beliau berkata :

قال: خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى حُنين ونحنُ حدثاء عهدٍ بكفر،

“kami keluar bersama Rasulullãh ﷺ kearah Hunain (ini terjadi dibukanya kota Mekkah pada tahun 8 H) banyak diantara orang-orang musyrikin quraisy yang masuk ke dalam agama Islam (yang sebelumnya musyrik ketika dibuka kota Mekkah mereka masuk agama Islam) (setelah dibukanya kota Mekkah maka Rasulullãh ﷺ menuju kota Hunain) dan bersama beliau orang-orang Islam baik yang lama maupun yg baru & disini Abu Waqid menceritakan “kami keluar bersama Rasulullãh ﷺ ke arah Hunain & kami baru saja masuk ke dalam agama Islam”

Artinya bekas-bekas jahiliyah / bekas² kesyirikan sebagian masih ada didalam diri mereka

وللمشركين سدرةٌ

“Dan orang-orang musyrikin memiliki sebuah pohon ”

يعكفون عندها وينوطون بها أسلحتهم

” yang mereka ber itikaf disekitar pohon tersebut dan menaruh senjata-senjata mereka dipohon tersebut ”

Abu Waqid menceritakan bahwasanya orang-orang musyrikin dahulu mereka memiliki sebuah pohon, yang mereka sering beritikaf pohon tersebut, berdiam diri disana, mengagungkan pohon tersebut, mengagungkan Allāh disamping itu mereka juga menaruh senjata² mereka di pohon tersebut tujuannya mencari barokah supaya senjata tersebut, ketika digunakan untuk berperang membawa barokah & membawa kemenangan. Dan ini menunjukkan bahwasanya perilaku seperti ini adalah termasuk perilaku orang-orang musyrikin.

Kemudian beliau mengatakan :

يقال لها: ذات أنواط،

“pohon tersebut dinamakan Dzatu Anwat ”

Dikenal dikalangan orang-orang musyrikin dengan nama Dzatu Anwat

فمررنا بسدرة

Maka ketika kami menuju ke Hunain melalui / menemui sebuah pohon,

فقلنا: يا رسول الله!

Maka kami berkata kepada Rasulullãh ﷺ” Ya Rasulullãh

اجعل لنا ذات أنواط كما لهم ذات أنواط؛

“buatkanlah untuk kami sebuah Dzatu Anwathin sebagaimana orang-orang musyrikin memiliki Dzatu Anwath”

Mereka meminta kepada Rasulullãh supaya di jadikan sebuah pohon yang disitu mereka beritikaf dan mereka menaruh & meletakkan senjata² mereka disitu

Ucapan ini diucapkan oleh mereka, karena mereka baru saja masuk ke dalam agama Islam. Tentunya lain antara orang yang sudah lama masuk & belajar agama Islam dengan orang yang baru saja masuk ke dalam agama Islam. Oleh karena itu tidak heran apabila disini sebagian shahabat yang baru saja masuk agama islam mereka meminta kepada Rasulullãh supaya dibuatkan Dzatu Anwath.

Kemudian beliau mengatakan :

فقال رسول الله : الله أكبر،

“Allāh Maha Besar ”

Allāh Maha Besar dari apa yang kalian ucapkan, kalian telah mengucapkan sesuatu yang besar syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian beliau mengatakan

إنها السُنَن، قلتم والذي نفسي بيده كما قالت بنو إسرائيل لموسى: اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آَلِهَةٌ
[الأعراف/138]

“Ini Adalah jalan² orang-orang sebelum kalian (kemudian beliau mengatakan) – قلتم والذي – kalian telah mengatakan “Demi Allāh yang Jiwaku berada di tangan-Nya kalian telah mengatakan sesuatu yang pernah dikatakan oleh banu Israel kepada Musa alaihi salam, ucapan kalian ini persis dengan yang dikatakan bani Israel kepada Musa alaihi salam”.

Apa yang mereka katakan :

اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آَلِهَةٌ

Bani Israil ketika diselamatkan oleh Musa alaihi salam dari cengkraman Fir’aun dan tentara nya dikeluarkan dari Mesir dan Allāh menyelamatkan mereka dari laut (setelah menyembrang lautan ) mereka mengatakan

اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آَلِهَةٌ

“Wahai Musa buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki sesembahan-sesembahan ”

Mereka ingin memiliki sesembahan yang bisa di lihat yang bisa mereka sentuh, sebagaimana mereka melihat ini diantara orang-orang musyrikin, orang-orang bani Israil tinggal bersama orang-orang musyrikin melihat orang-orang musyrikin mereka menyembah sesuatu yang bisa dilihat, sehingga mereka disini meminta kepada Nabi Musa untuk membuatkan Tuhan yang mereka akan sembah sebagaimana orang-orang musyrikin memiliki Tuhan.

اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آَلِهَةٌ

“Jadikanlah untuk kami seorang Tuhan sebagaimana mereka orang-orang musyrikin memiliki Tuhan”

Persis dengan yang di katakan oleh Bani Israel kepada Nabi Musa alaihi salam, oleh karena itu Rasulullãh ﷺ mengatakan “Allāhu Akbar”

إنها السُنَن، قلتم والذي نفسي بيده كما قالت بنو إسرائيل لموسى

“demi Allāh kalian katakan sama dengan yang di katakan oleh bani Israil kepada Nabi Musa ”

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwasanya diantara orang-orang musyrikin yang mereka menyembah kepada pohon.

Sehingga dengan ini kita mengetahui apa yang dikatakan oleh Al Mualif / pengarang semuanya berdasarkan dalil, ketika beliau mengatakan

: أَنَّ النَّبِيَّ ظَهَرَ عَلَى أُنَاسٍ مُتَفَرِّقِيْنَ في عِبَادَاتِهِمْ

“bahwasanya Nabi ﷺ muncul & diutus oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla ditengah-tengah manusia mereka berbeda-beda di dalam ibadahnya”.

Kenapa hal ini beliau kemukankan kepada kita supaya kita tahu bahwasanya seseorang yang menyembah orang shaleh sekalipun maka ini termasuk kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ini termasuk kesyirikan karena sebagian menganggap yang dilarang adalah apabila kita menyembah berhala atau menyembah batu, atau menyembah Matahari, tapi kalau kita berdoa kepada orang-orang shalih, menyembah orang shalih maka ini tidak masalah.

Kita katakan ucapan ini adalah tidak benar dan bertentangan dengan dalil dari Al-Qurān dan juga sunnah Rasulullãh ﷺ.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Qawa'idul Arba']
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url