Halaqah 22: Penjelasan Pembatal Keislaman Ke Sembilan Bagian 2

Halaqah 22: Penjelasan Pembatal Keislaman Ke Sembilan Bagian 2

Risalah Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah umum untuk seluruh manusia dan jin. Apabila ada jin yang mendengar kedatangan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka mereka wajib untuk mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Allah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa ada sebagian jin yang datang kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan mendengar Al Qur’an dari Beliau.
Allah berfirman,

(وَإِذۡ صَرَفۡنَاۤ إِلَیۡكَ نَفَرࣰا مِّنَ ٱلۡجِنِّ یَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوۤا۟ أَنصِتُوا۟ۖ فَلَمَّا قُضِیَ وَلَّوۡا۟ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِینَ)
[Surat Al-Ahqaf 29]

“Dan ketika kami palingkan kepadamu serombongan dari jin yang mereka mendengar Al Qur’an yang engkau baca. Ketika mereka menghadirinya, mereka mengatakan ‘Hendaklah kalian diam.’ Ketika Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam selesai membaca Al Qur’an tersebut, maka jin-jin tersebut pergi kepada kaum mereka dalam keadaan memberikan peringatan.”

(قَالُوا۟ یَـٰقَوۡمَنَاۤ إِنَّا سَمِعۡنَا كِتَـٰبًا أُنزِلَ مِنۢ بَعۡدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقࣰا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡهِ یَهۡدِیۤ إِلَى ٱلۡحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِیقࣲ مُّسۡتَقِیمࣲ)
[Surat Al-Ahqaf 30]

“Mereka berkata, ‘Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengar sebuah kitab yang diturunkan setelah Musa yang membenarkan apa yang sebelumnya, yang memberikan petunjuk kepada kebenaran, dan memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus.”

Para jin tersebut, mereka mengetahui bahwa Al Qur’an apabila dipelajari dan diamalkan, akan membimbing seseorang kepada jalan yang lurus.

Kemudian mereka mengatakan,

(یَـٰقَوۡمَنَاۤ أَجِیبُوا۟ دَاعِیَ ٱللَّهِ وَءَامِنُوا۟ بِهِۦ یَغۡفِرۡ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمۡ وَیُجِرۡكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِیمࣲ)
[Surat Al-Ahqaf 31]

“Wahai kaum kami, hendaklah kalian menjawab penyeru dari Allah (Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam) dan hendaklah kalian beriman dengan Beliau, niscaya Allah mengampuni dosa kalian dan akan menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih.”

Ini menunjukkan kepada kita tentang kewajiban jin untuk beriman dengan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan beribadah kepada Allah dengan syari’at Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Setelah ini semua, apabila ada seseorang di zaman sekarang meyakini bahwa sebagian manusia boleh untuk tidak mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, boleh untuk tidak beriman dengan Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, boleh untuk keluar dari syari’at Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka dia telah keluar dari agama Islam.
Kenapa demikian?
Karena dia telah mendustakan kabar Allah dan karena dia telah mendustakan kabar Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Masuk di dalam golongan ini sebagian manusia yang mengaku telah mencapai derajat tertentu di dalam agama, maka dia sudah tidak terikat dengan perintah dan larangan, boleh baginya tidak sholat lima waktu, tidak puasa Ramadhan, meminum minuman keras, berzina, dll. Dan mereka mengatakan bahwasanya syari’at hanyalah untuk orang-orang yang memiliki derajat yang rendah di dalam agama.
Barangsiapa yang meyakini keyakinan ini, maka dia telah keluar dari agama Islam.

Seharusnya seorang muslim semakin mengenal Allah, nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya, maka semakin rajin beribadah kepada Allah.
Orang yang paling mengenal Allah adalah orang yang paling takut kepada Allah.

Allah Subhānahu wa Ta’āla memuji para ulama karena mereka mengenal Allah dan mengenal agamanya.

إِنَّمَا یَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰۤؤُا۟ۗ
[Surat Fatir 28]

“Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah para ulama.”

Di dalam hadits, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Beliau adalah orang yang paling mengenal Allah. [HR Al Bukhari]

Dan Beliau juga mengabarkan bahwa Beliau adalah orang yang paling bertakwa dan paling takut kepada Allah. [HR Muslim]

Disebutkan di dalam hadits bahwa Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam sholat malam sampai kaki Beliau pecah-pecah. Kemudian Beliau ditanya tentang perkara ini, maka Beliau mengatakan,

أَفَلاَ أكُونَ عبْداً شكُوراً؟

“Bukankah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?” [HR Bukhari dan Muslim]

Seseorang semakin mengenal Allah, semakin mengenal agamanya, harusnya semakin takut kepada Allah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah kepada-Nya, bukan semakin jauh dari Allah.

Kemudian Syeikh mengatakan,

كَمَا وَسِعَ الخَضِرُ الخُرُوجَ عَنْ شَرِيعَةِ مُوسَى عَلَيهِ السَّلَامُ
فَهُوَ كَافِرٌ

“Sebagaimana Nabi Khadhir boleh keluar dari syari’at Nabi Musa, maka dia telah kafir.”

Maksudnya adalah kisah yang Allah sebutkan di dalam surat Al Kahfi, yang ringkasnya bahwa Nabi Khadhir tidak mengikuti syar’iat Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi Khadhir merusak sebagian kapal orang-orang miskin, membunuh seorang anak kecil yang tidak berdosa, kemudian ketika keduanya (Nabi Musa dan Nabi Khadhir) mampir ke sebuah desa dan penduduknya tidak menghormati beliau berdua, tidak menjamu beliau berdua, maka Nabi Khadhir ‘alaihissalam justru memperbaiki sebuah dinding yang sudah hampir roboh.

Maka kita katakan ini adalah sebuah alasan yang tidak benar dan alasan yang bathil, karena Nabi Khadhir ‘alaihissalam bukan termasuk Bani Israil. Sedangkan Nabi Musa ‘alaihissalam hanya diutus kepada Bani Israil.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Nawaqidul Islam]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url